Kamis, 24 Juni 2010

Dunia Anak: Sebuah Keajaiban

Aku bersyukur kepada Allah yang menempatkan anak-anak di sekelilingku, sehingga aku semakin mengenal betapa uniknya Allah menciptakan mereka. Mereka belajar secara alami dari apa yang mereka lihat, pegang, dengar, makan, atau yang mereka cium.

Ika, 3 tahun. Dia menuangkan seluruh serbuk sabun cuci di wajan penggorengan mamanya, yang masih penuh dengan minyak goreng. Saat dia sedang asyik berkesperimen, tiba-tiba mamanya datang dengan teriakan keras dan lantas menyeretnya dari depan wajan yang sudah berbusa itu. Cika hanya bisa menangis. Dia menangis bukan karena sebal dimarahi, tetapi menangis karena tidak bisa menjelaskan bahwa dia melakukan itu, hanya karena sabun itu yang ada didekatnya untuk ditaruh di wajan. Dia pikir apa saja bisa dimasukkan ke wajan itu untuk dimasak.
Ian, 3 tahun. Dia mengambil sapu lidi dan menyapu, atau lebih tepatnya mengobrak-abrik semua sampah yang ditaruh ibunya di depan pintu gerbang agar mudah diambil pengambil sampah. Ibunya memarahinya dan mengatakan, “Nakal sekali kamu!” Padahal, mungkin dia melakukan itu karena merasa dia sedang membantu ibunya menyapu sampah-sampah yang baginya masih berserakan itu.
Dani, 6 tahun, memotongi sol sepatu dan sandal jepit yang ada di rumah untuk membuat mobil-mobilan. Mamanya histeris karena sepatu kesayangannya pun tidak luput dari gunting si Daniel. Sang Mama memilih meratapi sepatunya daripada memuji karya original si Daniel, sebuah mobil dari sol sepatu dan karet sendak jepit.
Vivi, 7 tahun, membongkar seluruh lemari mamanya untuk memadumadankan baju-baju mamanya di badannya. Tidak lupa juga mengoleskan tebal-tebal seluruh make up mamanya di wajahnya. Mamanya berkacak pinggang melihat itu. Padahal Vivi melakukan itu karena kagum kepada mamanya yang selalu cantik menggunakan seluruh baju dan make up itu. Dia juga ingin cantik dan terlihat dewasa seperti mamanya.
Didi, 4 tahun, bertanya kepada mamanya, “Ma, kenapa sih bapak-bapak itu tidurnya sama ibu-ibu?” Mamanya menjawab dengan sekenanya, “Ya, karena ngantuk!”
Itu baru yang aku lihat dan aku dengar dari pengalaman bocah-bocah yang ada di sekelilingku. Mereka belajar dengan cara mereka sendiri. Sebagian besar yang mereka lakukan adalah karena meniru apa yang orang tua atau orang yang ada di dekatnya lakukan. So, kalau mereka kelihatan begitu nakal, jangan buru-buru marah. Karena toh dia hanya meniru, atau pada dasarnya mungkin dia ingin menolong dengan caranya, dia ingin menyatakan kekagumannya, dia ingin membantu, atau membuat Anda kagum or senang. Sulit menebaknya memang. Tetapi dengan itulah mereka belajar banyak hal dalam hidup.
Bagiku, anak-anak tetap merupakan keajaiban!